Home Politik Ketua Umum GP Ansor: Rekayasa Ansor, Membangun Imajinasi Kepemudaan dan Kebangsaan

Ketua Umum GP Ansor: Rekayasa Ansor, Membangun Imajinasi Kepemudaan dan Kebangsaan

1,617
0
SHARE
Ketua Umum GP Ansor: Rekayasa Ansor, Membangun Imajinasi Kepemudaan dan Kebangsaan

Keterangan Gambar : Addin Jauharudin, Ketua Umum PP GP Ansor

 

infokomnews.com - Ketua umum terpilih PP GP Ansor Sahabat Addin Jauharudin, baru saja hadir di Banyumas. Di atas podium, ia masih menyungging senyum setelah sehari sebelumnya, padat dengan kegiatan silaturahim, ziarah dan temu kader di Banyumas.

Sebagai pimpinan tertinggi organisasi kepemudaan NU itu, dia bicara tentang rekayasa. Satu pemutakhiran skema organisasi untuk mengonstruksi identitas individu kader.

Perekayasaan politik, sosial dan ekonomi, tetiba menjadi imajinasi Ansor hari ini – tepat setelah acara silaturahim itu usai. Pesannya sederhana, aksioma Ansor harus memasyarakat, dan sebaliknya. Caranya, sederhana kendati tidak mudah, membangun dan menciptakan tiga rekayasa tadi – “rekayasa Ansor”.

Imajinasi ini, saya rasa berangkat dari pijakan yang kuat. Dia berangkat dari kejujuran sosial yang ditandai pergeseran demografis. Dari desa mengenyam pengalaman urban. Dan berlaku umum, tidak hanya mereka di luar kader Ansor, tetapi juga kader Ansor itu sendiri.

Satu fenomena yang mempengaruhi nalar berpikir, mengaplikasikan keyakinan dan cara berbeda dalam menjalankan ritual keagamaan, menumbuh dalam pengalaman urban.

Di sisi yang lain, fenomena sosial yang diisi mayoritas anak muda ini, dan cita-cita Indonesia di tahun 2045, tepat usia 100 tahun kemerdekaannya menjadi bingkai pijakan di titik yang berbeda.

Dua simpul ini coba dirajut dengan menghadirkan rekayasa Ansor. Dari perencanaan sampai tuntas pengawalan. Menali kebatinan infrastruktur dan langgam organisasi. Menguji tesis, Ansor relevan di tengah masyarakat.

Imajinasi ini penting karena berada di tengah realitas yang tegang. Satu sisi kaum muda yang cenderung berjarak dengan baju-baju ideologis. Dan di sisi yang lain, ingin melompat dari kewargaan yang kian beragam.

Mampukah rekayasa Ansor ini berhasil membangun imajinasi kepemudaan dan kebangsaan? Secara historis, tentu saja Indonesia dan Ansor sendiri punya pengalaman.

Secara sosiologis, kita belum tahu. Tapi yang pasti, fleksibilitas sikap keseharian Ansor bisa menjadi ongkos utama, ditambah dengan ajegnya ideologi, kemapanan keyakinan.

Ke depan, saya rasa Ansor tidak hanya akan bergelut dalam internalnya sendiri, tapi dia akan selalu “mencampuri” urusan kewargaan yang baru. Menjadi bagian dari masyarakat lintas profesi, kegemaran atau hobi.

Dia tidak akan bergelut pada gerakan ideologis seperti politik kebangsaan, atau akidah keberagamaan semata. Tetapi bergerak dalam lingkar sosial yang tak menentu dan benar-benar baru.

Suatu tantangan, yang akan menjadi jembatan Ansor untuk selalu mewarnai perjalanan bangsa.